KENANGAN BERSAMA MU TIDAK AKAN AKU LUPAKAN DALAM DAIRI HIDUP KU
Wanita paling ramai masuk neraka
MENGENANGKAN banyak antara kaum perempuan menyeleweng daripada ajaran Islam disebabkan beberapa sifat buruk yang sepatutnya dijauhi, Rasulullah SAW menasihati dan menggalakkan mereka supaya selalu bersedekah. Hal ini kerana sedekah akan menolong mereka di dunia dan akhirat.
Dalam hadis daripada Jabir bin Abdullah, katanya: “Aku hadir bersama-sama Rasulullah mengerjakan sembahyang pada hari raya (selepas sembahyang dan berkhutbah). Baginda kemudian pergi (ke barisan belakang) hingga sampai ke tempat kaum perempuan. Lalu Baginda menasihati dan mengingatkan mereka, serta Baginda (menggalakkan mereka bersedekah), sabdanya: “(Bersedekahlah kamu kerana sesungguhnya kebanyakan kamu menjadi kayu bakaran api neraka.”
Pada saat itu, seorang perempuan yang berkedut kedua-dua pipinya, bangun dari tengah kaum perempuan lalu bertanya: “Mengapa (kami dimurkai Allah seberat itu), Ya Rasulullah? “Baginda menjawab: “Kerana kamu selalu saja mengadu (tidak cukup nafkah), dan kamu pula tidak mengenang budi suami (sedikit pun).”
Jabir (rawi hadis ini) berkata: “Golongan perempuan itu pula tampil bersedekah barang perhiasan badan mereka, mereka meletakkan pada baju Bilal: subang dan anting-anting serta cincin mereka.” (Hadis riwayat Muslim)
Kaum perempuan diciptakan Allah dalam keadaan yang semulia-mulianya – sebagai ibu yang dihormati, isteri dikasihi dan anak disayangi. Selain itu, diberi panduan supaya mereka menjadi manusia beriman dan beramal salih.
Untuk menyedarkan mereka akan hakikat itu, Rasulullah menasihati mereka supaya menjauhi apa-apa juga tabiat buruk seperti diterangkan dalam hadis di atas.
Perkara itu ditegaskan lagi dalam hadis berikut.
Daripada Abdullah bin Umar bahawa Rasulullah bersabda: “Wahai kaum perempuan, bersedekah dan banyakkan beristighfar kerana sesungguhnya aku mengetahui (bahawa) kamu golongan yang banyak sekali antara ahli neraka.”
Seorang perempuan yang bijak antara mereka berkata: “Ya Rasulullah mengapa kami menjadi golongan yang banyak sekali antara ahli neraka?” Baginda menjawab: "”(Kerana) kamu selalu mengutuk dan memaki-hamun dan kamu pula tidak mengenang budi suami dan (selain itu) aku tidak melihat golongan yang kurang akal dan kurang pula (amal) agamanya serta besar pula pengaruhnya kepada orang lelaki bijak bestari (sekalipun) – selain daripada kamu.”
Perempuan itu bertanya lagi katanya: “Ya Rasulullah apa maksudnya: (Kaum perempuan) kurang akal dan kurang (amal) agama itu?” Baginda menjawab: “Mengenai kurang akal, maka (ketika menjadi saksi): Saksi dua perempuan, (hanya) menyamai saksi seorang lelaki; maka inilah (tanda) kurang akal. Dan seseorang perempuan pula akan tinggal beberapa hari dengan tidak mengerjakan
sembahyang (kerana kedatangan haid) dan dia pula ada kalanya tidak berpuasa pada Ramadan (kerana kedatangan haid juga) maka ini dan (tanda yang menunjukkan kaum perempuan) kurang amal agamanya (berbanding dengan kaum lelaki).”
(Hadis riwayat Bukhari dan Ibn Majah)
Dari Al-Hasan, bahawa 'Aqil bin Abi Thalib menikahi seorang wanita dari Jasyam. Para tetamu mengucapkan selamat dengan ucapan jahiliyah : "Birafa' Wal Banin (Semoga murah rezeki dan banyak anak)". 'Aqil bin Abi Thalib melarang mereka seraya berkata : "Janganlah kalian ucapkan demikian!!. Karena Rasulullah s.a.w melarang ucapan demikian". Para tamu bertanya :"Lalu apa yang harus kami ucapkan, wahai Abu Zaid ?". 'Aqil menjelaskan : "Ucapkanlah : Barakallahu lakum wa Baraka 'Alaiykum (Semoga Allah memberi kalian keberkatan dan melimpahkan atas kalian keberkatan). Demikianlah ucapan yang diperintahkan Rasulullah s.a.w".
(Riwayat Ibnu Abi Syaibah, Darimi, Nasa'i, Ibnu Majah, Ahmad dan lain-lain).
Doa yang biasa Rasulullah s.a.w ucapkan kepada seorang mempelai ialah :
"Barakallahu laka wa baraka 'alaik, wa jama'a bainakuma fi khair"
Doa ini berdasarkan hadith sahih yang diriwayatkan dari Abu Hurairah:
Dari Abu hurairah, bahawasa Nabi s.a.w jika mengucapkan selamat kepada seorang mempelai, beliau mengucapkan doa : "Barakallahu laka wa baraka 'alaik, wa jama'a bainakuma fi khair (Semoga Allah memberimu keberkatan dan mencurahkan keberkatan ke atasmu dan mudah-mudahan Dia mempersatukan kamu berdua dalam kebaikan)".
(Riwayat Ahmad, Tirmidzi, Darimi, Hakim, Ibnu Majah dan Baihaqi).
Wallahu'alam
Ustadz Abu Sa'ad al-Wa'izh berkata, "Pada prinsipnya mimpi yang baik itu bersumber dari aneka amal yang benar dan mengingatkan akan aneka akibat dari berbagai urusan. Dari mimpi yang baik itu muncullah aneka perintah, larangan, berita gembira, dan peringatan. Dikatakan demikian karena mimpi yang baik merupakan sisa dan bagian dari kenabian, bahkan ia merupakan satu dari dua bagian kenabian, sebab ada nabi yang wahyunya berupa mimpi. Orang yang menerima wahyu melalui mimpi disebut Nabi. Adapun orang yang menerima ucapan malaikat saat dia terjaga disebut Rasul. Inilah yang membedakan antara nabi dan rasul."
Abu Ali Hamid bin Muhammad bin Abdullah ar-Rafa` memberitahukan kepada kami, dari Muhammad ibnul-Mughirah, dari Makki bin Ibrahim, dari Hisyam bin Hasan, dari Muhammad bin Sirin, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, "Jika masa semakin dekat, mimpi seorang muslim nyaris tidak pernah dusta. Muslim yang paling benar mimpinya adalah yang paling jujur perkataannya. Mimpi seorang mukmin merupakan satu bagian dari 46 bagian kenabian. Mimpi ada tiga macam: mimpi yang baik sebagai berita gembira dari Allah 'azza wa jalla, mimpi seorang muslim yang dialami oleh dirinya sendiri, dan mimpi sedih yang berasal dari setan. Jika salah seorang di antara kamu mengalami mimpi yang tidak disukai, janganlah menceritakannya kepada orang lain, bangunlah, kemudian shalatlah." (Muttafaq 'alaih) Beliau bersabda, "Aku menyukai mimpi ihwal rantai, tetapi tidak menyukai mimpi ihwal belenggu." ( Shahih al-Jami' ) Rantai ditakwilkan dengan keteguhan pada agama.
Abu Abdullah al-Mahlabi dan Muhammad bin Ya'qub bin Yusuf menceritakan kepada kami dari al-'Abbas ibnul-Walid bin Mazid, dari 'Uqbah bin 'Alqamah al-Mu'arifi, dari al-Auza'i, dari Yahya bin Abi Katsir, dari Abi Salamah bin Abdurrahman, dari 'Ubadah ibnush-Shamit bahwa ia bertanya kepada Rasulullah tentang ayat 63-63 surah Yunus, " Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan dalam kehidupan di akhirat." Maka, Rasulullah menjawab, "Sungguh kamu telah menanyakan sesuatu kepadaku yang belum pernah ditanyakan oleh seorang pun selainmu. Al-busyra ialah mimpi yang baik yang dialami oleh seseorang atau dianugerahkan Allah kepadanya." ( As-Silsilah ash-Shahihah ) Ustadz Abu Sa'ad berkata, "Hadits-hadits yang kami riwayatkan tersebut menunjukkan bahwa mimpi itu memang sesuatu yang benar secara substansial dan bahwa mimpi itu memiliki ketentuan dan dampak."
Di antara dalil yang menunjukkan kebenaran mimpi ialah bahwa saat Ibrahim tidur, Allah memperlihatkan kepadanya seolah-olah dia menyembelih putranya. Setelah bangun, dia pun melaksanakan apa yang diperintahkan kepadanya saat tidur. Allah Ta'ala mengisahkan kejadian tersebut, "Maka tatkala anak itu mencapai kesanggupan berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka, pikirkanlah apa pendapatmu!' Dia menjawab, 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'" (ash-Shaaffat: 102)
Setelah Ibrahim a.s. memahami mimpinya dan berupaya melaksanakannya, lalu Allah memberinya jalan keluar karena kasih-sayang-Nya, dia mengetahui bahwa mimpi itu merupakan hukum. Demikian pula halnya dengan mimpi yang dialami Yusuf a.s., yang dikisahkan Allah dalam Al-Qur`an sebagai kisah yang populer dan terkenal.
Abu Sa'id Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim meriwayatkan kepada kami dari Ali bin Muhammad al-Waraq, dari Ahmad bin Muhammad bin Nashr, dari Yusuf bin Bilal, dari Muhammad bin Marwan al-Kalbi, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas bahwa Aisyah berkata, "Rasulullah terkena sihir. Maka, beliau jatuh sakit, sehingga kami mengkhawatirkannya. Ketika beliau berada antara tidur dan terjaga, tiba-tiba turun dua malaikat: yang satu berada di dekat kepala Rasulullah dan yang lain berada di dekat kaki beliau. Malaikat yang berada dekat kepala berkata kepada malaikat yang berada dekat kaki, 'Mengapa dia sakit?'
Malaikat bertanya demikian supaya Nabi saw. memahami persoalannya.
Temannya menjawab, 'Terkena sihir.'
'Siapa yang melakukannya?'
'Lubaid bin A'sham, orang Yahudi.'
'Di mana dia melakukannya?'
'Di sumur Dzarwan.'
'Bagaimana mengobatinya?'
'Kirimlah orang ke sumur itu dan keringkan airnya. Jika tampak sebuah batu besar, singkirkanlah karena di bawahnya terdapat tali busur yang berpintal sebelas dan diletakkan di dalam kantong. Setelah itu bakarlah ia. Insya Allah dia sembuh. Jika dia menyuruh orang, hendaknya dia mengeluarkan kantong itu.'"
Nota: Cerita ini mengolahkan suatu peristiwa diantara seorang bapa dan anaknya, mari kita memerhatikannya.
Ada satu ketika kan sekumpulan manusia nie dia kan nak mula korban binatang, pastu ada la anak kecil ni tanya pada abahnya "abah, abah.. sembelih nie untuk apa ye?" abah dia jawab, "sembelih ini sedekah dik, untuk makanan orang-orang miskin", anak tu jawab "oo.. jadi sembelih nie, kasi tolong dekat orang-orang miskin ye, ke abah?", melihat anak lelaki dia menanya, dia pun jawab "begini nak, bukan darah sembelih itu dianugerahkan dekat Allah taala, tapi amalan menyembelih cara Islam itu yang sampai ke langit, dan ia akan jadi suatu ibadah dimana kita akan diberi pahala, pahala itu berguna pada masa dimana harta dan anak-anak kita sudah tiada..", anak tu jawab balik "macam tu, jadi maksudnya.. yang sampai dekat Tuhan tu bukan suatu yang boleh dilihat ye?" Abahnya tersenyum, dan berkata "betul nak.. kita tak dapat lihat semua itu, tapi kita berharap yang pahala kita itu sampai kepada Allah taala, sebagai pahala yang abadi..", anak tu terfikir sekejap, dan bertanya "pahala abadi?", bapa tu lihat kat anak tu, "banyak lagi yang kamu tak paham, akan tetapi, pahala abadi itu suatu jenis pahala yang tetap akan memperbanyakkan dirinya disebabkan beberapa perkara, terutamanya bila pahala tersebut adalah dilakukan secara telus dan ikhlas kerana Allah taala." Anak tu terpegun, dia pun tanya, "kenapa begitu pula?" Ayah dia jawab, sebab Allah taala menitik berat tentang amalan yang dilakukan secara betul dan ikhlas.
Kekuasaan yang Dijanjikan Allah untuk Kaum Mukminin
"Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa. Sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan, menjadi aman sentosa. MerekaItulah janji Allah kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari umat Nabi Muhammad saw. Janji itu berupa khilafah dan kekuasaan di muka bumi, kekokohan dan keteguhan agama yang diridhai bagi mereka, dan ketakutan mereka diganti dengan keamanan. Itulah janjiAllah. Janji Allah pasti benar. Janji Allah pasti terjadi. Allah sekali-kali tidak pernah mengkhianatjanji-Nya.
tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu pun dengan Aku. Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (an-Nuur: 55)