20 March 2010


 Awal peristiwa - Dari pandangan mata - Laksana setitik bara api - Saat mata mengembara - Bak jilatan api perlahan pasti - Menerkam semua pemandangan
- Merasuk fikiran terbayang-bayang - Hasrat hati mewujudkan impian - Bermain-main meragut kesenangan - Berbuah gemilang dosa penyesalan.
Aturan Memandang dalam Al Quran dan hadis
Allah swt. dalam Al Quran telah meriwayatkan, “Katakanlah bagi mukmin (laki-laki) hendaklah menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatan mereka. Demikian itu lebih bersih bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu perbuat.” “Katakanlah kepada mukmin perempuan, hendaklah menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatan mereka…”
(Q.S. An-Nur 24: 30-31).
Sesungguhnya Allah telah menetapkan atas diri anak keturunan Adam bagiannya dari zina. Dia mengetahui yang demikian tanpa dimungkiri. Mata itu boleh berzina, dan zinanya adalah pandangan. Lidah itu boleh berzina dan zinanya adalah perkataan. Kaki itu boleh berzina dan zinanya adalah ayunan langkah. Tangan itu boleh berzina dan zinanya adalah sentuhan. Hati boleh berzina dengan keinginan dan angan-angan. Baik kemaluan membenarkan yang demikian itu atau mendustakannya.” (H.R. Bukhari, Muslim, An-Nasai, dan Abu Dawud). “Wahai Ali, janganlah engkau susuli pandangan dengan pandangan lagi, kerana yang pertama menjadi bagianmu dan yang kedua bukan lagi menjadi bagianmu (dosa atasmu)” (H.R. Ahmad, Tirmidzi, dan Abu Dawud).
Perintah menjaga pandangan ditujukan pada para wanita. Sebuah hadis menerangkan, “…Ya Rasulullah, bukankah ia buta (Ibnu Ummi Maktum) sehingga tidak mungkin dapat melihat kami? Maka sabda Rasulullah saw. “Bukankah kamu berdua (Ummu Salamah r.a. dan Maimunah bintiaAl-Harits) melihatnya?” (H.R. Abu Daud). “Sesungguhnya memandang (wanita) adalah salah satu panah beracun dari berbagai macam anak panah iblis. Barangsiapa menahan pandangannya dari keindahan-keindahan wanita kerana takut pada-Ku, maka Allah mewariskan kelezatan iman di dalam hatinya.” (H.R. Thabrani).
Menjaga Pandangan
Q.S. An-Nuur ayat 30 dan 31, memerintahkan kaum mukminin dan mukminat untuk menjaga pandangan atau menundukkan pandangan dan menjaga kemaluannya agar tidak terjerumus pada perbuatan haram.
Menahan pandangan atas hal-hal yang diharamkan Allah swt., disebutkan paling awal, kerana menahan pandangan mata merupakan dasar untuk menjaga kemaluan dan cerminan hati yang beriman. Apabila mengumbar pandangan, otomatis mengumbar syahwat hati dan tidak beriman. Segala pandangan yang tidak sengaja dan tiba-tiba, bisa meninggalkan pengaruh dalam hati, sikapi dengan mengalihkan arah pandangan, terlarang mengulangi atau melanjutkan menatap pandangan yang tidak sengaja tadi. Pandangan yang tidak sengaja merupakan bahagian dari sekadar ketidaksengajaan, sedangkan pandangan selanjutnya adalah haram dan hukumnya berdosa.
”Sesungguhnya di dalam tubuh itu ada segumpal darah. Jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik pula dan jika ia rosak maka rosak pula seluruh tubuh. Ketahuilah segumpal darah itu adalah hati.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Pandangan yang Dikecualikan
Syariat membolehkan kaum mukminin untuk memandang lawan jenisnya apabila terdapat keperluan-keperluan tertentu yang tidak mungkin dilakukan kecuali dengan memandangnya, iaitu: memandang saat meminang (aurat tetap terjaga), proses pemeriksaan perkara di pengedalian, doktor yang dapat dipercaya dibolehkan melihat anggota badan wanita yang bukan muhrim pada bagian yang perlu dilihat sekadar usaha mengubati bila tidak terdapat doktor wanita, dan pada saat itu.
Manfaat Menahan Pandangan
Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, manfaat menahan pandangan di antaranya membersihkan hati dari derita penyesalan dosa, mendatangkan cahaya, keceriaan, kegembiraan, kesenangan hati, kenikmatan hidup, mendatangkan kekuatan firasat yang benar (berasal dari zahir mengikuti sunnah, batinnya merasakan pengawasan Allah swt., menahan mata dari hal-hal yang diharamkan, menahan diri dari syahwat).
Membuka pintu dan memudahkan jalan ilmu, mendatangkan kekuatan, keteguhan, kekuatan hati, membebaskan hati dari tawanan syahwat yang memabukkan, melenakan dan melalaikan, menutup pintu neraka jahanam, cemerlang akalnya tidak hidup gegabah selalu memikirkan akibat di kemudian hari. Sadarlah kita, “Sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (Q.S. Al Hajj 22: 46). Wallahu A’lam.

0 Comments:

Post a Comment